Pemuda Adalah Sang Pendidik

Berbicara tentang generasi unggul, tentu tidak lepas dari pembahasan mengenai pemuda. Pemuda merupakan satu-satunya estafet yang mampu menentukan masa depan bangsanya. Berhasil tidaknya pencapaian cita-cita dan tujuan sebuah bangsa ada di tangan para pemudanya. Maka tak heran jika presiden pertama Republik Indonesia bapak Ir. Soekarno menaruh harapan besar kepada para pemuda Indonesia.

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Meskipun kalimat tersebut tidak secara langsung saya dengar dari beliau, akan tetapi kata-kata tersebut membakar semangat saya untuk menjadi salah satu pemuda yang dimaksud oleh bapak presiden pertama Republik Indonesia itu. Menjadi pemuda yang mampu mengguncangkan dunia adalah sebuah cita yang wajib saya tunaikan. Tidak hanya itu, bahkan Rosulullah saw. pernah bersabda tentang pemuda yang mulia di sisi Allah adalah mereka yang senantiasa menjauhi Shabwah (kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran).

Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah [HR. Ahmad].

Menjadi generasi unggul bukan tanpa melalui proses yang panjang dan juga berat. Sebagai manusia yang telah didesain untuk menjadi agen of change sekaligus sebagai agen of social control tidak serta merta dapat menjalankan tugas tersebut dengan begitu saja, tetapi kita harus berbekal Iman dan Taqwa serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Sebagai generasi unggul kebanggan bangsa Indonesia, pemuda harus memiliki kualitas yang terbaik. Kualitas yang berkuantitas. Maka untuk menjadi pemuda yang berkualitas tinggi, harus dimulai sedini mungkin. Nilai moral dan karakter pemuda Indonesia harus betul-betul ditingkatkan. Penigkatan nilai moral dan karakter tersebut dilakukan melalui pendidikan yang merupakan salah satu tujuan bangsa Indonesia. Maka, ikut serta dalam pembangunan bangsa, instansi, madrasah adalah misi utama saya.

Indonesia bila dipandang dari sudut pendidikan, Alhamdulillah telah mencapai peringkat ke lima di negara ASEAN. Artinya bahwa kita memiliki potensi yang besar untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Lantas, bagaimana peranan kita dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia? Dalam dunia pendidikan dikenal 5 faktor determinant pendidikan, yakni faktor-faktor yang sangat menentukan berhasil tidaknya tujuan pendidikan, berikut penjelasannya :

1. Tujuan

Sebagai sesuatu yang terencana, pendidikan harus mempunyai sebuah tujuan. Adapun tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah untuk mencapai tujuan hidup yakni menjadi Abdi-NYA dan Hamba-NYA. Tujuan tersebut mulai dicapai dari indikator, kompetesni dasar, kompetensi inti, tujuan kurikulum, tujuan institusional, tujuan pendidikan nasional, dan tujuan hidup nasional hingga mencapai tujuan hidup penciptaan manusia.

2. Pendidik

Pendidik adalah orang dewasa yang diberi tanggung jawab untuk mendidik. Pendidik terdiri dari orang tua, guru, dan masyarakat. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 pasal 6 ayat 2 menyatakan bahwa setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.

3. Peserta didik

Peserta didik merupakan orang-orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, maupun arahan dari orang lain (Haitami & Syamsul, 2012:116).

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu di luar diri anak yang mempengauhi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Berbicara mengenai lingkungan pendidikan, dikenal pula istilah tripusat pendidikan, yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

5. Alat Pendidikan

Alat/media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah (Darajat, dkk, 1966:80).

Berbicara tentang seberapa besar peranan kita sebagai pemuda yang akan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, sudah sangat terlihat jelas. Kelak kita akan berada pada posisi kedua, yakni sebagai pendidik.

Pemuda sebagai calon pendidik harus mempunyai kapasitas yang semaksimal mungkin demi tercapainya mutu pendidikan Indonesia yang lebih baik. Pemuda harus mempunyai integritas yang tinggi, harus betul-betul mampu menjadi agen of change sekaligus sebagai agen of social control dengan tetap berlandas pada al-Qur’an dan Hadis, serta menjadikan Pancasila sebagai acuan pembangunan bangsa.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim tersebesar, maka pemuda yang berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadis adalah pemuda yang hati, pikiran, dan tindakannya sesuai dengan syariat Islam. Nilai-nilai religius senantiasa melekat pada setiap aspek kehidupannya. Gagah berani memperjuangkan umat, tegas dalam melawan kebatilan, adil dalam kebenaran, pentang mundur anti menyerah. Dalam Islam, pemuda adalah pemersatu umat, pemuda adalah pejuang kebenaran, pemuda adalah pelurus dan pendidik, maka sudah seharusnya pemuda siap mental dan fisik untuk diri, orang tua, agama, begitu juga dengan bangsa dan negaranya. Pemuda Indonesia harus siap dengan segala tantangan dan rintangan, pemuda yang berakhlakul karimah, sebagaimana akhlak Rasulullah SAW yang telah dituliskan dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 21 berikut

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”

Apabila bercermin pada akhlaq Rasulullah SAW, pemuda Indonesia tidak hanya akan menjadi generasi kebanggan bangsa, akan tetapi menjadi kebanggaan seluruh umat di dunia.

Selanjutnya pemuda dalam kacamata Pancasila. Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia yang telah melalaui perjalanan sejarah yang sudah cukup panjang. Pancasila adalah dasar negara yang dicetuskan oleh para the founding fathers sejak 75 tahun silam sebagai perwujudan nilai luhur bangsa yang paling sakral, mengubah Pancasila sama saja dengan mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari itu, Pancasila harus tetap eksis di setiap zaman. Di sinilah andil terbesar kita sebagai pemuda Indonesia untuk menjaga, mempertahankan, dan mengaplikasikan setiap nilai dari Pancasila agar tidak hanya sekedar menjadi catatan sejarah di tahun 45’.

Jadi, untuk ikut serta dalam pembangunan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan pemuda harus berlandas pada al-Qur’an dan Hadis serta Pancasila karena pada ke tiga hal tersebutlah pemuda Indonesia dapat dikatakan sebagai seorang pendidik sejati.

Sangat berat tugas kita sebagai pemuda, namun sangat mulia pula tugas ini bila dijalankan dengan baik. Terlepas dari semua keharusan dan tuntutan-tuntutan tersebut, yang paling utama dalam diri dan jiwa setiap pemuda adalah kesadaran. Seorang pemuda tidak dapat menjadi agen of change maupun agen of social control bila keasadaran tidak terpatri dalam hati dan jiwa setiap individu.

Penulis : Edi Saputra, S.Pd.I